Pelajarwajo.com – Di antara lembaran sejarah Indonesia, tragedi Agresi Militer Belanda II (1948) bagaikan luka menganga yang tak terlupakan. Peristiwa ini menandai babak kelam dalam perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
Memahami latar belakangnya, bagaikan membuka kotak pandora, menguak kompleksitas geopolitik, ambisi politik, dan ketegangan internasional yang memicu kembali api peperangan.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 mengantarkan babak baru, namun Belanda tak rela melepaskan cengkeraman kolonialnya. Pertempuran sengit terjadi, berujung pada Perjanjian Linggarjati (1947) dan Renville (1948) yang penuh kontroversi. Ketidakpuasan Belanda dan manuver politiknya memicu kembali api peperangan, melahirkan tragedi Agresi Militer Belanda II.
Baca juga: Agresi Militer Belanda I: Luka Sejarah Bangsa Indonesia
Konteks Sejarah: Latar Belakang Agresi Militer Belanda II
Kemerdekaan Indonesia tak diakui Belanda. Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I (1947) untuk menguasai kembali Jawa dan Sumatera. Tekanan internasional dan intervensi PBB memaksa Belanda untuk menandatangani Perjanjian Linggarjati yang mengakui kedaulatan Indonesia atas Jawa dan Madura.
Namun, Belanda tak tulus dalam perjanjian ini. Mereka terus melancarkan aksi militer di luar Jawa dan Madura, memicu Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang heroik. Kekalahan Belanda di Surabaya memicu intervensi PBB dan berujung pada Perjanjian Renville.
Perjanjian Renville, yang dianggap merugikan Indonesia, memicu ketegangan dan ketidakpuasan di berbagai pihak. Belanda memanfaatkan situasi ini untuk melancarkan kembali aksi militernya, mengantarkan pada tragedi Agresi Militer Belanda II.
Faktor Pemicu: Bara Api di Bawah Permukaan
Agresi Militer Belanda II dipicu oleh beberapa faktor utama:
Ketidakpuasan Belanda: Belanda tak puas dengan Perjanjian Linggarjati dan Renville yang dianggapnya merugikan. Mereka ingin menguasai kembali wilayah-wilayah strategis di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatera.
Manuver Politik: Belanda melancarkan propaganda dan tekanan internasional untuk mendapatkan legitimasi atas tindakannya. Mereka menuduh Indonesia melakukan pelanggaran Perjanjian Renville dan menciptakan kekacauan di Jawa.
Keputusan Politik: Belanda, di bawah Perdana Menteri Louis Beel, mengambil keputusan unilateral untuk melancarkan aksi militer. Keputusan ini didorong oleh keinginan Belanda untuk memperkuat posisinya dalam perundingan dengan Indonesia.
Ketegangan Internasional: Perang Dingin yang memanas antara Amerika Serikat dan Uni Soviet turut mewarnai situasi geopolitik saat itu. Belanda berusaha mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat dengan mencitrakan Indonesia sebagai simpatisan komunis.
Dampak Geopolitik: Gelombang Kekacauan di Kawasan
Agresi Militer Belanda II membawa dampak geopolitik yang signifikan:
Ketidakstabilan Regional: Keamanan di kawasan Asia Tenggara terancam, memicu kekhawatiran negara-negara tetangga. Agresi ini dikhawatirkan dapat memicu konflik regional yang lebih luas.
Ketegangan Internasional: Aksi Belanda dikecam oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan PBB. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 67 yang menuntut Belanda untuk menghentikan aksi militernya dan kembali ke meja perundingan.
Gelombang Dukungan Internasional: Agresi Militer Belanda II justru meningkatkan simpati dan dukungan internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak negara yang mengecam tindakan Belanda dan memberikan bantuan kepada Indonesia.
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Jurusan Pendidikan Sejarah
Perspektif Beragam: Membongkar Sudut Pandang Berbeda
Terdapat berbagai sudut pandang mengenai Agresi Militer Belanda II:
Pemerintah Indonesia: Menganggap agresi ini sebagai pelanggaran kedaulatan dan bentuk kolonialisme. Pemerintah Indonesia melancarkan perlawanan diplomatik dan militer untuk menghentikan agresi Belanda.
Belanda: Mengklaim aksinya sebagai upaya untuk menegakkan hukum dan ketertiban. Belanda berdalih bahwa mereka perlu melakukan intervensi untuk melindungi penduduk sipil dan memulihkan stabilitas di Indonesia.
Komunitas Internasional: Mengecam tindakan Belanda dan mendukung kemerdekaan Indonesia. PBB dan banyak negara di dunia mengecam agresi Belanda dan menuntut Belanda untuk menghentikan aksinya.
Kesimpulan: Luka Sejarah dan Warisan Penting
Agresi Militer Belanda II meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Indonesia. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya persatuan dan perjuangan kolektif dalam mempertahankan kemerdekaan. Agresi ini juga menjadi pelajaran berharga bagi dunia tentang bahaya kolonialisme dan pentingnya penegakan hukum internasional.
Agresi Militer Belanda II membawa dampak positif dan negatif bagi Indonesia. Dampak positifnya, agresi ini memperkuat persatuan rakyat Indonesia dan mendorong dukungan internasional terhadap perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain, agresi ini menyebabkan kerusakan infrastruktur, korban jiwa, dan trauma berkepanjangan bagi rakyat Indonesia.
Tragedi Agresi Militer Belanda II menjadi pengingat bagi generasi penerus untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan karya dan prestasi. Semangat juang para pahlawan yang gugur dalam peristiwa ini harus terus dikobarkan untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
Sumber Referensi:
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia: https://www.kemdikbud.go.id/
- Arsip Nasional Republik Indonesia: https://www.anri.go.id/
- Museum Nasional Republik Indonesia
- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: https://www.perpusnas.go.id/
- Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Pelajarwajo.com