BeritaNasional

Mahasiswa Tak Kuasai AI Bisa Berbahaya, Ini Penjelasan Rektor Binus

Pelajar Wajo
142
×

Mahasiswa Tak Kuasai AI Bisa Berbahaya, Ini Penjelasan Rektor Binus

Share this article
Rektor Binus University menekankan pentingnya pemahaman AI bagi mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi secara etis. Foto: Trisna Wulandari/detikcom

Pelajarwajo.com – Isu mengenai keamanan data serta legitimasi penggunaannya masih terus membayangi perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Beragam teknologi AI generatif kerap tersandung polemik, mulai dari tuduhan pelanggaran hak cipta hingga kerentanan privasi, terutama pada platform pembuat video, gambar, foto digital, bahkan asisten pintar.

Menanggapi keresahan publik terkait praktik pengumpulan data oleh sistem AI, Rektor Binus University, Dr. Nelly, SKom, MM, CSCA, mengakui bahwa kekhawatiran itu memang wajar. Ia mencontohkan, bahkan penggunaan aplikasi sederhana seperti email pun sudah otomatis mengaitkan data pengguna tanpa disadari.

Namun di balik itu, ia menekankan urgensi bagi mahasiswa dan dosen untuk memahami dasar-dasar AI. Menurutnya, kemampuan menguasai fondasi teknologi ini menjadi bekal penting agar generasi muda tidak sekadar menjadi pengguna pasif, melainkan mampu mengarahkan teknologi untuk mendukung pengembangan kompetensi.

“Anak-anak harus paham bagaimana mesin AI bekerja, terlepas dari bidang studinya. Fundamental itu yang wajib diajarkan. Kalau mereka tahu, AI bisa jadi alat untuk meningkatkan kemampuan. Tapi kalau tidak, justru lebih berbahaya,” ucapnya dalam forum Binus University: Update di Four Points by Sheraton Linkou, New Taipei City, Taiwan, Kamis (21/8/2025).

Ia menambahkan, bahaya terbesar muncul ketika mahasiswa tidak memiliki kendali atas AI. Ketergantungan buta bisa membuat mereka sulit berpikir kritis dan rawan disetir teknologi. Karena itu, pemahaman etis serta keterampilan mengelola AI menjadi keharusan.

“Mahasiswalah yang harus mengendalikannya. Gunakan untuk mempercepat pekerjaan, membuatnya lebih personal, sekaligus mengasah kapabilitas,” lanjutnya.

Sejak 2017, Binus University telah mendirikan AI Research and Development Center bersama NVIDIA dan Kinetica. Kehadiran pusat riset ini diharapkan mendorong lahirnya solusi berbasis teknologi yang tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa dalam membangun karier, tetapi juga memberi dampak nyata bagi kehidupan masyarakat luas.

Baca juga:  7 Aplikasi Chat Aman Selain WhatsApp yang Wajib Dicoba

AI Sebagai Pemantik Cara Berpikir

Sejalan dengan itu, Houman Harouni, dosen Harvard Graduate School of Education, pada 2023 lalu juga menegaskan pentingnya integrasi AI dalam dunia pendidikan. Ia berpendapat, alih-alih menghindar, pendidik sebaiknya mengajak siswa bereksperimen dengan AI agar mereka bisa menghadapi kenyataan keberadaannya.

Harouni mendorong agar guru maupun profesional pendidikan menyusun metode pembelajaran yang melibatkan AI generatif, sekaligus mengajarkan etika penggunaannya. Bahkan ia menyarankan pelajar untuk mencoba AI di luar kelas, mendokumentasikan pengalaman, lalu mendiskusikannya bersama.

Dalam menghadapi asisten pintar seperti ChatGPT, ia menilai penting bagi pendidik untuk membimbing siswa mengajukan pertanyaan yang tepat, mengkritisi jawaban, dan mengevaluasi kerangka berpikir yang dibangun. Dengan begitu, siswa tetap memegang kendali atas proses belajarnya.

Ia menegaskan, ChatGPT bukan sekadar mesin pemberi jawaban, melainkan sarana yang menantang pendidik meninjau ulang pola tugas yang diberikan. Tugas tidak lagi sebatas meminta jawaban final, melainkan harus mendorong siswa menimbang, menganalisis, bahkan gagal—karena kegagalan itu yang memantik refleksi dan tumbuhnya gagasan baru.

“Ketika ChatGPT menunjukkan keterbatasan imajinasi mahasiswa, justru dari sanalah muncul kesadaran. Mereka mulai menggali alternatif jawaban yang mungkin tidak akan terpikirkan oleh manusia ataupun mesin,” ungkap Harouni.

Dengan pandangan yang beragam namun sejalan ini, jelas bahwa literasi AI kini bukan lagi sekadar pilihan tambahan, melainkan prasyarat agar generasi muda mampu menavigasi masa depan teknologi dengan bijak.

Sumber: detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *