Fakultas Kedokteran Hewan yang Sepi Peminat: Apa Penyebabnya dan Bagaimana Solusinya?

Fakultas Kedokteran Hewan yang Sepi Peminat
Fakultas Kedokteran Hewan yang Sepi Peminat

Pelajarwajo.com – Apakah Anda pernah berpikir untuk menjadi dokter hewan? Atau mungkin Anda sudah menjadi salah satu dari mereka? Jika ya, maka Anda termasuk dalam kelompok yang cukup langka di Indonesia.

Pasalnya, fakultas kedokteran hewan di Indonesia masih sepi peminat, meskipun memiliki prospek yang cukup cerah.

Menurut data dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), pada tahun 2020, hanya ada 13.857 mahasiswa yang mendaftar ke program studi kedokteran hewan di seluruh Indonesia, dari total 1.287.433 pendaftar program sarjana.

Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan program studi lain yang lebih populer, seperti kedokteran, teknik, atau hukum.

Lalu, apa yang menyebabkan fakultas kedokteran hewan kurang diminati oleh calon mahasiswa? Apa saja tantangan dan peluang yang dihadapi oleh lulusan fakultas kedokteran hewan? Dan bagaimana cara meningkatkan minat dan kualitas pendidikan kedokteran hewan di Indonesia?

Mari kita simak ulasan berikut ini. Baca juga Biaya Kuliah Kedokteran UI Sampai Lulus: Apa Saja yang Perlu Diketahui?

Fakultas Kedokteran Hewan yang Sepi Peminat, Apa Penyebabnya?

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa fakultas kedokteran hewan tidak begitu populer di kalangan calon mahasiswa, antara lain:

1. Kurangnya Informasi dan Sosialisasi tentang Fakultas Kedokteran Hewan

Salah satu penyebab utama sepi peminat fakultas kedokteran hewan adalah kurangnya informasi dan sosialisasi tentang fakultas ini kepada masyarakat, khususnya siswa-siswi SMA yang akan memilih jurusan kuliah.

Banyak dari mereka yang tidak tahu apa saja yang dipelajari di fakultas kedokteran hewan, apa saja prospek kerja dan karirnya, dan apa saja syarat dan biaya masuknya.

Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) pada tahun 2019, yang melibatkan 1.200 responden siswa-siswi SMA di 12 kota besar di Indonesia. Survei ini menunjukkan bahwa:

  • 67% responden tidak tahu apa saja mata kuliah yang dipelajari di fakultas kedokteran hewan.
  • 72% responden tidak tahu apa saja prospek kerja dan karir lulusan fakultas kedokteran hewan.
  • 76% responden tidak tahu apa saja syarat dan biaya masuk fakultas kedokteran hewan.

Survei ini juga menunjukkan bahwa hanya 8% responden yang menyatakan tertarik untuk kuliah di fakultas kedokteran hewan, sementara 92% responden lebih memilih jurusan lain, seperti kedokteran, teknik, hukum, ekonomi, atau psikologi.

Dari hasil survei ini, dapat disimpulkan bahwa kurangnya informasi dan sosialisasi tentang fakultas kedokteran hewan berdampak pada kurangnya minat dan pemahaman calon mahasiswa tentang fakultas ini.

2. Stereotip dan Stigma Negatif tentang Fakultas Kedokteran Hewan

Faktor lain yang menyebabkan sepi peminat fakultas kedokteran hewan adalah adanya stereotip dan stigma negatif tentang fakultas ini di masyarakat. Beberapa stereotip dan stigma negatif yang sering muncul adalah:

  • Fakultas kedokteran hewan hanya cocok untuk orang yang suka atau punya hewan peliharaan.
  • Fakultas kedokteran hewan hanya mengajarkan tentang cara merawat dan mengobati hewan, tanpa mempelajari ilmu-ilmu lain yang lebih luas dan mendalam.
  • Fakultas kedokteran hewan memiliki standar akademik yang rendah dan mudah lulus, sehingga tidak menantang dan prestisius.
  • Fakultas kedokteran hewan memiliki prospek kerja yang terbatas dan gaji yang rendah, sehingga tidak menjanjikan dan menguntungkan.

Stereotip dan stigma negatif ini tentu saja tidak benar dan tidak adil, karena fakultas kedokteran hewan sebenarnya memiliki cakupan dan manfaat yang sangat luas dan penting, baik untuk kesehatan dan kesejahteraan hewan, maupun untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia dan lingkungan.

Namun, karena stereotip dan stigma negatif ini sudah melekat di benak banyak orang, maka banyak calon mahasiswa yang enggan atau ragu untuk memilih fakultas kedokteran hewan sebagai pilihan pertama atau kedua mereka.

3. Persaingan dan Persyaratan yang Ketat untuk Masuk Fakultas Kedokteran Hewan

Faktor ketiga yang menyebabkan sepi peminat fakultas kedokteran hewan adalah persaingan dan persyaratan yang ketat untuk masuk fakultas ini. Meskipun jumlah pendaftar fakultas kedokteran hewan tidak sebanyak jurusan lain, namun jumlah kursi atau daya tampung fakultas kedokteran hewan juga tidak banyak.

Menurut data dari Kemenristekdikti, pada tahun 2020, hanya ada 2.688 kursi yang tersedia untuk program studi kedokteran hewan di seluruh Indonesia, dari total 405.253 kursi yang tersedia untuk program sarjana.

Jumlah ini berarti bahwa hanya 19% pendaftar fakultas kedokteran hewan yang dapat diterima, sementara 81% pendaftar lainnya harus mencari jurusan alternatif.

Selain itu, persyaratan untuk masuk fakultas kedokteran hewan juga cukup ketat, karena calon mahasiswa harus memiliki nilai yang tinggi di bidang IPA, terutama biologi, kimia, dan fisika.

Selain itu, calon mahasiswa juga harus lulus tes kesehatan, tes psikologi, dan tes wawancara, yang bertujuan untuk mengukur kemampuan, minat, dan motivasi mereka untuk menjadi dokter hewan.

Dengan persaingan dan persyaratan yang ketat ini, maka banyak calon mahasiswa yang merasa tidak percaya diri atau tidak siap untuk masuk fakultas kedokteran hewan, sehingga mereka lebih memilih jurusan lain yang lebih mudah atau lebih sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.

Baca juga: 10 Rekomendasi Laptop Untuk Kuliah Kedokteran 2023

Tantangan dan Peluang Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan

Meskipun fakultas kedokteran hewan masih sepi peminat, namun bukan berarti bahwa lulusan fakultas ini tidak memiliki tantangan dan peluang yang menarik dan menjanjikan. Sebaliknya, lulusan fakultas kedokteran hewan memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam berbagai bidang dan sektor, baik di dalam maupun di luar negeri.

Beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi oleh lulusan fakultas kedokteran hewan adalah:

1. Tantangan: Kurangnya Dokter Hewan yang Kompeten dan Profesional

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh lulusan fakultas kedokteran hewan adalah kurangnya dokter hewan yang kompeten dan profesional di Indonesia. Menurut data dari Ikatan Dokter Hewan Indonesia (IDHI), pada tahun 2020, hanya ada sekitar 12.000 dokter hewan yang terdaftar di IDHI, dari total 270.000 dokter hewan yang diperkirakan ada di Indonesia.

2. Peluang: Meningkatnya Kebutuhan dan Permintaan akan Dokter Hewan yang Berkualitas

Di sisi lain, lulusan fakultas kedokteran hewan juga memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan karir dan profesi mereka, karena kebutuhan dan permintaan akan dokter hewan yang berkualitas semakin meningkat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Pertumbuhan populasi dan konsumsi hewan ternak, hewan peliharaan, dan hewan liar, yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan hewan yang optimal dan profesional.
  • Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membuka peluang untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kedokteran hewan, seperti bioteknologi, genetika, epidemiologi, vaksinologi, dan lain-lain.
  • Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap isu-isu kesehatan dan lingkungan, yang membutuhkan peran dokter hewan dalam mencegah dan mengatasi penyakit zoonosis, penyakit menular, dan penyakit bawaan makanan, yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.
  • Globalisasi dan integrasi ekonomi, yang membutuhkan standar dan kualitas produk dan jasa kedokteran hewan yang sesuai dengan persyaratan dan regulasi internasional, seperti halal, organik, dan ramah lingkungan.

Dengan adanya faktor-faktor ini, maka lulusan fakultas kedokteran hewan memiliki peluang untuk bekerja dan berkarir di berbagai bidang dan sektor, baik di sektor publik maupun swasta, seperti:

  • Praktisi klinis, yang memberikan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan hewan, baik hewan ternak, hewan peliharaan, maupun hewan liar, di rumah sakit, klinik, atau tempat lainnya.
  • Peneliti dan pengembang, yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kedokteran hewan, baik di lembaga penelitian, perguruan tinggi, atau industri.
  • Pendidik dan pengajar, yang memberikan pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran hewan, baik di sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga lainnya.
  • Konsultan dan manajer, yang memberikan konsultasi dan manajemen di bidang kedokteran hewan, baik di pemerintah, organisasi, atau perusahaan.
  • Pengusaha dan inovator, yang menciptakan dan mengembangkan produk dan jasa kedokteran hewan yang inovatif dan bernilai tambah, baik di bidang kesehatan, pangan, kosmetik, atau lainnya.

Dengan berbagai bidang dan sektor ini, maka lulusan fakultas kedokteran hewan dapat memiliki gaji dan penghasilan yang cukup tinggi dan kompetitif, tergantung pada kualifikasi, pengalaman, dan prestasi mereka.

Cara Meningkatkan Minat dan Kualitas Pendidikan Kedokteran Hewan di Indonesia

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fakultas kedokteran hewan memiliki potensi dan prospek yang sangat besar dan penting, namun masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, terutama dalam hal minat dan kualitas pendidikan kedokteran hewan di Indonesia.

Oleh karena itu, diperlukan upaya dan kerjasama dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, perguruan tinggi, organisasi profesi, industri, maupun masyarakat, untuk meningkatkan minat dan kualitas pendidikan kedokteran hewan di Indonesia.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat dan kualitas pendidikan kedokteran hewan di Indonesia adalah:

1. Meningkatkan Informasi dan Sosialisasi tentang Fakultas Kedokteran Hewan

Cara pertama yang dapat dilakukan adalah meningkatkan informasi dan sosialisasi tentang fakultas kedokteran hewan kepada masyarakat, khususnya siswa-siswi SMA yang akan memilih jurusan kuliah. Informasi dan sosialisasi ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti:

  • Website, media sosial, dan aplikasi, yang menyajikan informasi yang lengkap, akurat, dan menarik tentang fakultas kedokteran hewan, seperti mata kuliah, prospek kerja, syarat dan biaya masuk, testimoni, dan lain-lain.
  • Brosur, poster, dan video, yang menyampaikan informasi yang singkat, padat, dan jelas tentang fakultas kedokteran hewan, seperti visi, misi, tujuan, dan manfaatnya.
  • Seminar, workshop, dan webinar, yang memberikan informasi yang mendalam, interaktif, dan inspiratif tentang fakultas kedokteran hewan, seperti kurikulum, metode, fasilitas, dan prestasi.
  • Kunjungan, praktikum, dan magang, yang memberikan pengalaman yang nyata, langsung, dan menyenangkan tentang fakultas kedokteran hewan, seperti belajar, bekerja, dan berinteraksi dengan dokter hewan dan hewan.

Dengan meningkatkan informasi dan sosialisasi ini, diharapkan dapat meningkatkan minat dan pemahaman calon mahasiswa tentang fakultas kedokteran hewan, sehingga mereka dapat memilih fakultas ini sebagai pilihan pertama atau kedua mereka.

2. Mengubah Stereotip dan Stigma Negatif tentang Fakultas Kedokteran Hewan

Cara kedua yang dapat dilakukan adalah mengubah stereotip dan stigma negatif tentang fakultas kedokteran hewan di masyarakat. Stereotip dan stigma negatif ini dapat diubah dengan cara:

  • Memberikan edukasi dan advokasi tentang fakultas kedokteran hewan, yang menjelaskan bahwa fakultas ini tidak hanya cocok untuk orang yang suka atau punya hewan peliharaan, tetapi juga untuk orang yang peduli dan bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kesejahteraan hewan, manusia, dan lingkungan.
  • Menampilkan dan menonjolkan keunggulan dan prestasi fakultas kedokteran hewan, yang menunjukkan bahwa fakultas ini memiliki standar akademik yang tinggi dan sulit lulus, sehingga menantang dan prestisius, serta memiliki cakupan dan manfaat yang sangat luas dan penting, baik untuk kesehatan dan kesejahteraan hewan, maupun untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia dan lingkungan.
  • Membangun dan memperkuat citra dan reputasi fakultas kedokteran hewan, yang menunjukkan bahwa fakultas ini memiliki prospek kerja yang luas dan gaji yang tinggi, sehingga menjanjikan dan menguntungkan, serta memiliki kontribusi yang besar dan positif bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara.

Dengan mengubah stereotip dan stigma negatif ini, diharapkan dapat mengubah persepsi dan sikap masyarakat terhadap fakultas kedokteran hewan, sehingga mereka dapat menghargai dan mendukung fakultas ini sebagai salah satu pilihan yang baik dan bermutu.

3. Menurunkan Persaingan dan Persyaratan yang Ketat untuk Masuk Fakultas Kedokteran Hewan

Cara ketiga yang dapat dilakukan adalah menurunkan persaingan dan persyaratan yang ketat untuk masuk fakultas kedokteran hewan. Persaingan dan persyaratan yang ketat ini dapat diturunkan dengan cara:

  • Meningkatkan jumlah dan kualitas fakultas kedokteran hewan di Indonesia, yang dapat menampung dan mendidik lebih banyak calon dokter hewan yang berkualitas dan profesional, serta dapat memberikan fasilitas dan layanan yang lebih baik dan memadai bagi mahasiswa dan lulusannya.
  • Menyederhanakan dan menyamakan sistem dan mekanisme penerimaan mahasiswa baru fakultas kedokteran hewan di Indonesia, yang dapat memberikan kemudahan dan kesempatan yang lebih besar dan merata bagi calon mahasiswa untuk masuk fakultas kedokteran hewan, tanpa harus mengikuti tes kesehatan, tes psikologi, dan tes wawancara yang berbeda-beda di setiap perguruan tinggi.
  • Memberikan beasiswa dan bantuan finansial bagi calon mahasiswa yang berprestasi dan berminat untuk masuk fakultas kedokteran hewan, yang dapat meringankan beban biaya kuliah dan hidup mereka, serta dapat memberikan motivasi dan penghargaan bagi mereka.

Dengan menurunkan persaingan dan persyaratan yang ketat ini, diharapkan dapat menurunkan rasa takut dan ragu calon mahasiswa untuk masuk fakultas kedokteran hewan, sehingga mereka dapat lebih percaya diri dan siap untuk mengambil tantangan dan peluang yang ada di fakultas ini.

Kesimpulan

Fakultas kedokteran hewan adalah salah satu fakultas yang masih sepi peminat di Indonesia, meskipun memiliki potensi dan prospek yang sangat besar dan penting.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan sepi peminat fakultas kedokteran hewan, antara lain kurangnya informasi dan sosialisasi, adanya stereotip dan stigma negatif, serta persaingan dan persyaratan yang ketat.

Namun, ada juga beberapa tantangan dan peluang yang menarik dan menjanjikan bagi lulusan fakultas kedokteran hewan, antara lain meningkatnya kebutuhan dan permintaan akan dokter hewan yang berkualitas, serta adanya berbagai bidang dan sektor yang dapat diisi oleh dokter hewan yang kompeten dan profesional.

Oleh karena itu, diperlukan upaya dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan minat dan kualitas pendidikan kedokteran hewan di Indonesia, antara lain dengan meningkatkan informasi dan sosialisasi, mengubah stereotip dan stigma negatif, serta menurunkan persaingan dan persyaratan yang ketat.

Dengan demikian, diharapkan fakultas kedokteran hewan dapat menjadi salah satu pilihan yang baik dan bermutu bagi calon mahasiswa, serta dapat memberikan kontribusi yang besar dan positif bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara.

Pelajar Wajo

About Pelajar Wajo

Halo! Saya adalah Fikal, seorang Content Writer dan Blogger, serta founder blog pelajarwajo.com. Saya bertujuan untuk berbagi informasi, tips, dan pengalaman seputar dunia pendidikan yang relevan dan bermanfaat bagi para pelajar di Indonesia

View all posts by Pelajar Wajo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *